Thursday, 25 September 2014

Jakarta Repose Project #7

"Music is what feelings sound like." - Unknown


Cindy Clementine
32 years old
7th Informant

Menjadi seorang Musisi yang memegang biola sebagai tanggung jawabnya tentunya bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh semua orang, namun hal ini ternyata sudah ditekuni oleh Cindy Clementine sejak usia 15 tahun. Mengaku mendapatkan darah pemusik dari ibunya, Cindy yang kini telah berkeluarga dan memiliki seorang anak perempuan ini terus berpartisipasi dalam event-event musical hingga saat ini. “Kalau lagi ada event latihannya bisa seminggu full, tapi kalau lagi kosong ya bisa santai, paling seminggu sekali aja ngajar.” Jelas wanita 32 tahun  yang selalu menyempatkan diri untuk memiliki waktu luang bersama keluarga maupun teman-temannya ini sambil tersenyum. “Harus di ada-adain, karena aku punya anak juga kan, jadi kalau aku gak punya waktu santai itu bisa stress. Entah itu satu dua jam doang, sekedar nyalon atau pergi sama temen, pokoknya ada.”

Pecinta segala jenis musik ini beranggapan bahwa berkeluarga tidaklah menjadi hambatan untuk tetap menjalani karirnya di dunia musik. “Tetep bisa kerja, tapi ya prioritas utama tetep keluarga. Pinter-pinter bagi waktu dan balance in diri aja sih.” Ungkapnya. Sempat vakum dari dunia musik selama beberapa bulan setelah melahirkan, Cindy mengaku ada perasaan kangen dan ingin kembali bermain biola, karena Cindy sendiri merupakan tipe ibu rumah tangga yang tidak suka berdiam dirumah, beberapa bulan kemudian ia sudah kembali aktif dalam setiap aktivitas musiknya seperti biasa. Tidak hanya mahir dalam memainkan biolanya, Cindy juga kerap kali menciptakan instrument sendiri bagi permainannya. Instrumen-instrumen ini diciptakannya berdasarkan pengalaman orang-orang disekitarnya dan segala sesuatu yang ia lihat. Cindy juga mengaku sering mendapatkan inspirasi dari tempat-tempat yang ia kunjungi, meskipun ia tidak pernah secara khusus pergi ke suatu tempat untuk mencari inspirasi.

Di dalam Jakarta sendiri, mall sampai kini masih merupakan tujuan utamanya saat memiliki waktu senggang, disamping karena anaknya yang masih berusia dua tahun masih membutuhakan perhatian ekstra diluar rumah, menurutnya mall memiliki segala sesuatu yang dibutuhkannya. Diluar mall, ia memilih konser musik sebagai tujuan lainnya. Sebagai musisi yang bahkan terlibat dalam konser Laskar Pelangi di Belitong, ia membutuhkan banyak 'asupan musik' dari pemusik-pemusik luar maupun dalam negeri. Ia banyak mendapatkan referensi musik dari konser-konser yang didatanginya. Cindy seringkali mengajak putrinya saat mendatangi atau mengisi acara musik, dan menurutnya jika keadaan dan situasi mendukung, mengajak anak kecil tidaklah menjadi halangan untuknya.

Selain musik, hal lain yang disukainya adalah kopi. Cindy yang telah menjelajah ke berbagai coffee shop ini mengaku puas dengan banyaknya coffee shop yang dibuka di Jakarta, baik di luar maupun di dalam mall. “Kopi itu beda, kalau orang yang suka kopi pasti tau, di lidah itu berasa.” Kata Cindy menjelaskan. Meskipun begitu, Cindy sendiri tidak memiliki kopi wajib yang harus dicobanya di setiap coffee shop, ia lebih memilih randomize, agar ia dapat mengetahui jenis-jenis kopi lain yang bisa jadi cocok dilidahnya. Saat menjelajah coffee shop ini, Cindy seringkali membawa putrinya, namun sayangnya terkadang masih banyak coffee shop yang tidak memiliki sarana penunjang untuk anak balita, seperti masih banyaknya yang tidak menyediakan non-smoking area, sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Cindy untuk membawa putrinya, padahal putrinya tersebut juga mulai menyukai kopi dan senang diajak ke coffee shop.

Bagi Cindy, ia harus semakin pintar memilah-milah genre konser musik untuk dapat mengikut-sertakan putrinya, karena beberapa genre musik dinilainya terlalu berisik untuk putrinya. “Tapi itusih yang kurang dari Jakarta, orang-orangnya selalu ikut-ikutan kalau soal musik, misalnya satu genre lagi nge boom, semuanya suka, yang lain ditinggal, jadi kan konsernya juga cenderung itu-itu aja.” Keluh Cindy. Ia menganggap masyarakat Jakarta belum memiliki pengetahuan yang luas tentang musik, sehingga ikut saja ke setiap genre musik yang sedang hits“Harapan akusih semoga pengetahuan musiknya diperluas, soalnya musik itu luas, banyak banget genrenya gak cuma satu-dua yang lagi ngetren sekarang ini.”

Sebagai musisi, ia melihat bahwa Jakarta belum memiliki banyak tempat konser yang memadai, misalnya seperti dilihat di luar negeri, panggung konsernya benar-benar megah dan mendukung para pemusik, latarnya dapat berganti-ganti, panggungnya dapat berputar dan berganti dalam sekejap mata, hal-hal itu yang belum banyak ada di Jakarta. Padahal melihat banyaknya pecinta musik, itu merupakan asset yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi sebuah konser.

Java Jazz Festival menurutnya adalah salah satu dari perkembangan baik yang sudah terjadi dalam dunia musik Indonesia. Karena dalam Java Jazz ada banyak pemusik-pemusik luar yang berkolaborasi, dan bahkan tidak semuanya satu genre karena bahkan ada Agnes Monica dan Raisa yang juga terlibat. “Itu bisa jadi daya tarik buat orang-orang dari berbagai genre juga.” Tuturnya. Genre musik yang begitu banyaknya menjadi concern tersendiri bagi Cindy, karena di Jakarta sendiri kini belum banyak memiliki event musik dengan perpaduan beberapa genre. Ia mengusulkan agar dapat diadakannya konser musik dengan beberapa genre sekaligus, agar penonton yang datang juga dapat berasal dari penikmat musik dari banyak genre, dan penonton yang belum memiliki banyak pengetahuan tentang musik dapat mempelajari genre-genre musik lain yang sebenarnya juga menarik.

Dengan adanya pengembangan-pengembangan ini, Cindy berharap masyarakat lokal dapat menaruh perhatian lebih terhadap musik, dan dapat memiliki preference nya sendiri terhadap musik, karena musik yang begitu luas akan sangat sayang untuk dibuang percuma hanya untuk ikut-ikutan dengan tren yang sedang berkembang saat ini.



Written by:
Lady Andrea

0 comments:

Post a Comment