"People will travel anywhere for good food - It's crazy" - Rene Redzepi
Nicholas Firman 21 years old 2nd Informant |
Bagi sebagian orang, membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan merupakan hal yang tidak mudah, terlebih untuk
mahasiswa tingkat akhir dari universitas yang memiliki segudang aktivitas dan
kewajiban yang harus dijalankan. Belum saja lulus dari bangku kuliah, nyatanya
Nicholas Firman atau yang kerap kali di panggil Nicho ini sudah berkecimpung dalam
dunia business. Bukan hanya satu jenis bisnis, bahkan ia juga terlibat dalam
sebuah Event Organizer dan kepanitiaan luar yaitu Lion’s Club Indonesia.
Bagaimana cara ia membagi waktu? Bagi mahasiswa-mahasiswi Prasetiya Mulya,
sudah bukan hal yang asing bahwa tahun akhir perkuliahan akan diisi dengan
kegiatan wajib yang akan sangat menyita perhatian. Konsultasi skripsi, revisi,
pra-sidang, dan persiapan untuk sidang akhir jelas akan sangat menyita waktu
dan perhatian penuh, namun Nicho ternyata masih dapat menjalankan
aktivitas-aktivitasnya diluar kampus disela-sela waktunya yang sempit ini.
“Prioritas utama tetep tugas
kuliah, tapi aku masih sempet sih untuk ngurusin kerjaan dan lain-lain, karena
begitu ada waktu kosong aku selalu coba nyambi tugas-tugas yang bisa dikerjain
dulu, jadi gak numpuk.” Terang Nicho yang belum genap berusia 21 tahun ini
menanggapi pertanyaan tentang kesibukannya. Ia menjelaskan bahwa setiap
kegiatan yang dilakukannya, ia melakukannya dengan senang hati, bahkan ia juga
menyempatkan dirinya untuk menikmati waktu luang yang ada bersama dengan
teman-temannya. Tugas akhir di Prasetiya Mulya yang melibatkan beberapa orang
untuk membuat Business bersama ternyata tidak memadamkan naluri seorang
traveller yang Nicho miliki, ia mengaku bahkan seringkali pergi bersama dengan
teman-teman sekelompok business nya untuk sekadar refreshing atau weekend
getaway.
Pemilihan destinasi untuk weekend
getaway-nya juga terbilang sederhana, Nicho menjelaskan bahwa dalam kelompok
jalan-jalannya ada satu orang yang biasanya menjadi pencetus untuk pergi ke
destinasi-destinasi terbaru yang menarik, baru kemudian yang lain ikut mencari
informasi tentang tempat tersebut di Google dan memutuskan apa mereka akan
pergi ke tempat tersebut atau tidak. Apakah rekomendasi dari orang sangat
berpengaruh bagi Nicho? “Rekomendasi dan Word of Mouth dari orang jelas penting
banget, soalnya kita biasanya juga based on experience sih, kayak contohnya aku
baru aja pulang dari liburan ke Malang, bisa dibilang jarang kan orang liburan
ke Malang? Tapi berhubung temen aku ada yang baru dari sana dan seru banget,
jadi dia ngajak kita jalan-jalan ke Malang, Bromo, semuanya deh.” Jelas Nicho
bersemangat. Disaat orang-orang kebanyakan berbondong-bondong ingin berlibur ke
Bali, Nicho justru merasa sangat puas dengan liburannya ke Malang. “Karena dia
ceritanya menggebu-gebu banget, dan pas di search di Google ternyata oke juga,
udah fix banget kita pasti pergi.” Tambahnya.
Berbekal kesamaan dengan
teman-teman weekend getaway-nya yaitu kecintaan akan kuliner, Nicho mengaku
seringkali pergi sekedar untuk makan, namun ia juga mengutarakan bahwa sebisa
mungkin jika tidak ada kebutuhan mendesak, ia lebih cenderung pergi ke lokasi-lokasi
lain di luar mall. Pilihannya lebih banyak tertuju pada tempat-tempat yang
sedang happening seperti di Jl. Senopati dan Kemang yang menurutnya lebih
nyaman dan tidak diburu-buru waktu. “Kalau di mall itu gak enaknya karena udah
terbentur macet, parkirnya mahal, bawaannya juga mau cepet-cepet pulang karena
ngeliat banyak yang ngantri dan nungguin kita selesai. Aku lebih suka di kafe,
sambil duduk-duduk ngobrol dan bisa santai ngerjain tugas juga.” Cetusnya yang
sangat terganggu dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta. Soal budget, Nicho
sendiri merasa tidak keberatan dan tidak ada pembatasan apapun, kebetulan teman-temannya
juga memiliki pemikiran yang sama, sehingga budget tidak pernah menjadi
halangan untuknya meluangkan waktunya.
Nicho yang sering berpergian keluar
Jakarta ini menganggap Jakarta sudah terlalu sumpek untuk liburan, dengan
segala kemacetannya dan akses transportasi yang sulit itulah yang menjadi alasan
utama bagi Nicho memilih destinasi-destinasi lain diluar Jakarta untuk
memanfaatkan waktu luangnya. “Pulau Seribu sebenernya cukup bagus, dulu banyak
banget yang sempet dateng ke Pulau Tidung, Pulau Macan, tapi ya dasarnya orang
Indonesia begitu, sekarang jadi kotor dan gak indah lagi buat jadi tujuan
liburan. Orang Jakarta sendiri yang ngerusak tempat yang sebenernya udah indah.”
Keluh pria yang lebih sering mencari tempat hiburan diluar domisinya yaitu
Jakarta Utara ini menanggapi destinasi di sekitar Jakarta yang kini banyak
ditinggalkan masyakatnya sendiri. Selain itu, faktor reachable juga merupakan salah
satu faktor utama yang dipikirkan Nicho untuk destinasi dalam kota, “Gak semua
orang mau berlama-lama di transportasi untuk mencapai sebuah tempat, meskipun
tempatnya bagus banget juga belom tentu pada rela, kalau aku sendiri sih
tergantung tempatnya dulu, kalau bagus dan hits banget ya kenapa enggak.”
Selain itu, Nicho menganggap bahwa akomodasi dan sanitasi merupakan dua hal
lain yang kerap kali menjadi concern orang untuk berlibur di sekitar Jakarta,
terutama pantai-pantainya.
Nicho juga berpendapat bahwa
Jakarta sebenarnya dapat mencontoh tata kota Bandung yang kini memiliki
beberapa taman seperti Taman Film, Taman Jomblo, dan lain-lain untuk menjadi
sarana hiburan untuk menghabiskan waktu luang masyarakat Jakarta. Bahkan ia
berani mengatakan bahwa cuaca panas Jakarta tidak terlalu menjadi halangan
untuk mewujudkan taman-taman hiburan di Jakarta, karena taman tersebut tidak
perlu melulu dikunjungi di siang hari, sore dan malam hari dapat menjadi waktu
ideal untuk dapat bersosialisasi dengan orang-orang baru yang ada disana. Namun
Nicho juga menyadari bahwa dengan adanya sebuah acara atau tempat baru, akan
memicu kemacetan dan ‘tumpah-ruah’ di jalanan sekitarnya, terlebih jalanan
protokolnya, maka itu ia mengusulkan untuk pembuatan acara-acara dan
tempat-tempat baru diluar jalanan protokol agar tidak memicu kemacetan yang
semakin parah.
“Dengan adanya tata kota yang lebih
baik, dan sarana-sarana pendukung kayak taman-taman yang aku sebutin tadi, plus
yang paling penting perbaikan perilaku dari orang Jakartanya sendiri, Jakarta pasti
akan memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri kok buat menghabiskan waktu
luangnya, terlebih karena di Jakarta sebenernya udah banyak juga destinasi yang
gak kalah indah sama yang ada di luar Jakarta.” Tutup Nicho dengan harapan
besar bahwa Jakarta dapat menjadi tujuan liburan yang lebih baik, dan
keindahannya dapat diketahui bukan hanya oleh turis, namun juga oleh masyarakat
lokalnya sendiri.
Written by:
Lady Andrea
0 comments:
Post a Comment