Chelsy Suwardy 24 years old 6th Informant |
Memulai karir
barunya di dunia Food Online Business, Chelsy Suwardy memutuskan untuk kembali
menetap di Jakarta setelah beberapa tahun bekerja di Kepulauan Dewata. Wanita
yang biasa di sapa Chelsy ini memutuskan untuk merambah dunia Food Online
karena ‘iseng-iseng berhadiah’nya di dunia baking ternyata mendapatkan respon
positif dari orang-orang di sekitarnya. Setiap jenis dessert yang di buatnya
dan dicicipi oleh teman-temannya juga mendapatkan komentar-komentar yang bagus,
dengan berbekal keyakinan inilah Chelsy mulai menjadikan hal yang sebenarnya
diakui bukanlah hobinya ini sebagai bisnisnya. “Gak hobi juga sih, aku malah
hobinya travelling hehehe..” Akunya. Karena hobi yang sedikit berbeda dari
jenis pekerjaannya itulah ia kebanyakan menghabiskan waktu luangnya untuk pergi
melihat alam terbuka dibandingkan dengan menggeluti dapur untuk membuat menu
baru.
“Bali itu
paradise buat aku, bahkan sampai sekarang udah gak di Bali lagi juga aku tetep
menganggap Bali the best, aset lah buat Indonesia.” Cerita Chelsy. Selain Bali,
Chelsy juga menambahkan Gili Trawangan sebagai tempat wisata yang paling
berkesan baginya. Gili Trawangan sendiri merupakan pantai yang berada di
Lombok, Indonesia Timur. Pantai ini memang kini belum mendapatkan sorotan
sebesar Bali, namun keindahannya sebenarnya tidak kalah dari Bali dengan airnya
yang masih biru kehijau-hijauan dan suasananya yang masih pure nature. “Gak
banyak yang bisa dilakuin disana karena pulaunya juga kecil, tapi disana
relaxing banget, suasana yang bahkan gak bisa didapetin di Bali, pokoknya quick
getaway yang paling berkesan menurut aku ya Gili Trawangan.” Tutur wanita yang
tahun ini genap berusia 24 tahun ini menjelaskan.
Dua kali
berkunjung ke Gili Trawangan diakui Chelsy belum cukup baginya, meskipun harus
dua kali naik kendaraan yang berbeda yaitu pesawat dan kapal laut, Chelsy
mengaku tidak kapok sama sekali. “Buat aku sih gak masalah, karena worth it kok
terbayar, buat sesuatu yang bagus, kenapa enggak?” Ujarnya mantap.
“Jakarta itu
oke, tapi terlalu metropolitan ya buat aku yang pecinta nature, makanya aku
lebih milih quick getaway diluar Jakarta.” Begitu yang dikatakan oleh Chelsy
ketika diperhadapkan pada Jakarta. “Mungkin gara-gara aku lahir dan besar
disini sih ya, tapi sebenernya aku juga suka museum. Tapi berhubung temen-temen
gak ada yang suka, ujung-ujungnya ya mall lagi mall lagi.” Sambungnya. Chelsy
yang menyebutkan bahwa ia pernah mengunjungi Museum Fatahillah dan Museum Gajah
ini berpendapat bahwa Museum Gajah sebenarnya sudah bagus dan harga tiketnya
juga relatif murah, namun warisan budaya ini dinilainya kurang dilestarikan
oleh pemerintah. Banyak coretan dan sampah menurut Chelsy adalah masalah utama
dari museum-museum di Jakarta yang seharusnya dapat menyumbangkan devisa
terbesar bagi negara.
Berdomisi di
daerah Jakarta Utara ternyata tidak membuat Chelsy menyukai Ancol, tempat
rekreasi ini dinilainya bagus, tapi belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Jakarta sendiri. Satu-satunya hal menarik dari Ancol adalah Dufan. Pantai Ancol
pun di nilai sebagai pantai yang suasananya jauh berbeda dari pantai-pantai
lainnya. Tentunya bagi pecinta pantai seperti Chelsy, standar yang ia harapkan
dari sebuah pantai berbeda dengan standar yang dimiliki oleh orang-orang yang
tidak begitu menyukai pantai. “Orang Jakarta juga kalau tahun ini udah pergi ke
Dufan, belum tentu tahun depan bakal ke Dufan lagi. Mungkin Dufan bisa attractive-nya
buat orang-orang diluar daerah.” Cetusnya.
Chelsy melihat
bahwa masih banyak aspek yang dapat di perbaiki dari Jakarta, seperti macet dan
banjir. “Jakarta punya semuanya, tapi semuanya ada di mall. Jadi ya
muter-muternya mall lagi mall lagi kayak yang tadi aku bilang.” Chelsy sendiri
melihat bahwa acara kebudayaan cenderung jarang ditemuinya ada di Jakarta. Ia
juga melihat bahwa orang-orang Jakarta sendiri kurang tertarik pada kebudayaan
lokal, melihat ketertarikan anak muda yang terpengaruh globalisasi, Chelsy
menyarankan agar tarian-tarian dan kesenian Jakarta di gabungkan dengan tarian
kontemporer agar dapat menarik perhatian. Selain itu, melihat daya tarik mall
yang merupakan one-stop-entertaiment bagi orang-orang yang tidak mau
berpindah-pindah tempat, Chelsy juga mengusulkan adanya hal-hal lain yang
ditunjukkan saat acara kebudayaan, sehingga tidak hanya untuk menyaksikan acara
kebudayaan, orang-orang juga tertarik untuk melihat hal-hal yang lain.
Chelsy juga
menganggap bahwa akses menuju suatu tempat sangatlah penting, karena ia
seringkali menerima penutupan jalan karena adanya acara-acara tertentu. Ia menganggap
hal tersebut tidaklah bijak karena itu akan menyusahkan pihak-pihak lain. “Mungkin
acaranya menarik, tapi kalau nutup jalan, Jakarta yang udah numpuk ini mau
digimanain lagi. Kalau bisa harus ada satu waktu dan tempat yang cocok untuk
acara tersebut, yang jelas punya akses sendiri dan gak ngerugiin pihak-pihak
lain juga.” Tutup Chelsy yang berharap
semua fasilitas yang ada di Jakarta akan di upgrade dan dapat memuaskan
masyarakat dari berbagai kalangan suatu hari nanti.
0 comments:
Post a Comment