Tuesday, 23 September 2014

Jakarta Repose Project #6

"When in doubt, travel." - Unknown


Chelsy Suwardy
24 years old
6th Informant

Memulai karir barunya di dunia Food Online Business, Chelsy Suwardy memutuskan untuk kembali menetap di Jakarta setelah beberapa tahun bekerja di Kepulauan Dewata. Wanita yang biasa di sapa Chelsy ini memutuskan untuk merambah dunia Food Online karena ‘iseng-iseng berhadiah’nya di dunia baking ternyata mendapatkan respon positif dari orang-orang di sekitarnya. Setiap jenis dessert yang di buatnya dan dicicipi oleh teman-temannya juga mendapatkan komentar-komentar yang bagus, dengan berbekal keyakinan inilah Chelsy mulai menjadikan hal yang sebenarnya diakui bukanlah hobinya ini sebagai bisnisnya. “Gak hobi juga sih, aku malah hobinya travelling hehehe..” Akunya. Karena hobi yang sedikit berbeda dari jenis pekerjaannya itulah ia kebanyakan menghabiskan waktu luangnya untuk pergi melihat alam terbuka dibandingkan dengan menggeluti dapur untuk membuat menu baru.

Bali itu paradise buat aku, bahkan sampai sekarang udah gak di Bali lagi juga aku tetep menganggap Bali the best, aset lah buat Indonesia.” Cerita Chelsy. Selain Bali, Chelsy juga menambahkan Gili Trawangan sebagai tempat wisata yang paling berkesan baginya. Gili Trawangan sendiri merupakan pantai yang berada di Lombok, Indonesia Timur. Pantai ini memang kini belum mendapatkan sorotan sebesar Bali, namun keindahannya sebenarnya tidak kalah dari Bali dengan airnya yang masih biru kehijau-hijauan dan suasananya yang masih pure nature. “Gak banyak yang bisa dilakuin disana karena pulaunya juga kecil, tapi disana relaxing banget, suasana yang bahkan gak bisa didapetin di Bali, pokoknya quick getaway yang paling berkesan menurut aku ya Gili Trawangan.” Tutur wanita yang tahun ini genap berusia 24 tahun ini menjelaskan.

Dua kali berkunjung ke Gili Trawangan diakui Chelsy belum cukup baginya, meskipun harus dua kali naik kendaraan yang berbeda yaitu pesawat dan kapal laut, Chelsy mengaku tidak kapok sama sekali. “Buat aku sih gak masalah, karena worth it kok terbayar, buat sesuatu yang bagus, kenapa enggak?” Ujarnya mantap.

“Jakarta itu oke, tapi terlalu metropolitan ya buat aku yang pecinta nature, makanya aku lebih milih quick getaway diluar Jakarta.” Begitu yang dikatakan oleh Chelsy ketika diperhadapkan pada Jakarta. “Mungkin gara-gara aku lahir dan besar disini sih ya, tapi sebenernya aku juga suka museum. Tapi berhubung temen-temen gak ada yang suka, ujung-ujungnya ya mall lagi mall lagi.” Sambungnya. Chelsy yang menyebutkan bahwa ia pernah mengunjungi Museum Fatahillah dan Museum Gajah ini berpendapat bahwa Museum Gajah sebenarnya sudah bagus dan harga tiketnya juga relatif murah, namun warisan budaya ini dinilainya kurang dilestarikan oleh pemerintah. Banyak coretan dan sampah menurut Chelsy adalah masalah utama dari museum-museum di Jakarta yang seharusnya dapat menyumbangkan devisa terbesar bagi negara.

Berdomisi di daerah Jakarta Utara ternyata tidak membuat Chelsy menyukai Ancol, tempat rekreasi ini dinilainya bagus, tapi belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta sendiri. Satu-satunya hal menarik dari Ancol adalah Dufan. Pantai Ancol pun di nilai sebagai pantai yang suasananya jauh berbeda dari pantai-pantai lainnya. Tentunya bagi pecinta pantai seperti Chelsy, standar yang ia harapkan dari sebuah pantai berbeda dengan standar yang dimiliki oleh orang-orang yang tidak begitu menyukai pantai. “Orang Jakarta juga kalau tahun ini udah pergi ke Dufan, belum tentu tahun depan bakal ke Dufan lagi. Mungkin Dufan bisa attractive-nya buat orang-orang diluar daerah.” Cetusnya.

Chelsy melihat bahwa masih banyak aspek yang dapat di perbaiki dari Jakarta, seperti macet dan banjir. “Jakarta punya semuanya, tapi semuanya ada di mall. Jadi ya muter-muternya mall lagi mall lagi kayak yang tadi aku bilang.” Chelsy sendiri melihat bahwa acara kebudayaan cenderung jarang ditemuinya ada di Jakarta. Ia juga melihat bahwa orang-orang Jakarta sendiri kurang tertarik pada kebudayaan lokal, melihat ketertarikan anak muda yang terpengaruh globalisasi, Chelsy menyarankan agar tarian-tarian dan kesenian Jakarta di gabungkan dengan tarian kontemporer agar dapat menarik perhatian. Selain itu, melihat daya tarik mall yang merupakan one-stop-entertaiment bagi orang-orang yang tidak mau berpindah-pindah tempat, Chelsy juga mengusulkan adanya hal-hal lain yang ditunjukkan saat acara kebudayaan, sehingga tidak hanya untuk menyaksikan acara kebudayaan, orang-orang juga tertarik untuk melihat hal-hal yang lain.


Chelsy juga menganggap bahwa akses menuju suatu tempat sangatlah penting, karena ia seringkali menerima penutupan jalan karena adanya acara-acara tertentu. Ia menganggap hal tersebut tidaklah bijak karena itu akan menyusahkan pihak-pihak lain. “Mungkin acaranya menarik, tapi kalau nutup jalan, Jakarta yang udah numpuk ini mau digimanain lagi. Kalau bisa harus ada satu waktu dan tempat yang cocok untuk acara tersebut, yang jelas punya akses sendiri dan gak ngerugiin pihak-pihak lain juga.”  Tutup Chelsy yang berharap semua fasilitas yang ada di Jakarta akan di upgrade dan dapat memuaskan masyarakat dari berbagai kalangan suatu hari nanti.

0 comments:

Post a Comment