Friday 19 September 2014

Jakarta Repose Project #2

"People will travel anywhere for good food - It's crazy" - Rene Redzepi


Nicholas Firman
21 years old
2nd Informant

Bagi sebagian orang, membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan merupakan hal yang tidak mudah, terlebih untuk mahasiswa tingkat akhir dari universitas yang memiliki segudang aktivitas dan kewajiban yang harus dijalankan. Belum saja lulus dari bangku kuliah, nyatanya Nicholas Firman atau yang kerap kali di panggil Nicho ini sudah berkecimpung dalam dunia business. Bukan hanya satu jenis bisnis, bahkan ia juga terlibat dalam sebuah Event Organizer dan kepanitiaan luar yaitu Lion’s Club Indonesia. Bagaimana cara ia membagi waktu? Bagi mahasiswa-mahasiswi Prasetiya Mulya, sudah bukan hal yang asing bahwa tahun akhir perkuliahan akan diisi dengan kegiatan wajib yang akan sangat menyita perhatian. Konsultasi skripsi, revisi, pra-sidang, dan persiapan untuk sidang akhir jelas akan sangat menyita waktu dan perhatian penuh, namun Nicho ternyata masih dapat menjalankan aktivitas-aktivitasnya diluar kampus disela-sela waktunya yang sempit ini.

“Prioritas utama tetep tugas kuliah, tapi aku masih sempet sih untuk ngurusin kerjaan dan lain-lain, karena begitu ada waktu kosong aku selalu coba nyambi tugas-tugas yang bisa dikerjain dulu, jadi gak numpuk.” Terang Nicho yang belum genap berusia 21 tahun ini menanggapi pertanyaan tentang kesibukannya. Ia menjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukannya, ia melakukannya dengan senang hati, bahkan ia juga menyempatkan dirinya untuk menikmati waktu luang yang ada bersama dengan teman-temannya. Tugas akhir di Prasetiya Mulya yang melibatkan beberapa orang untuk membuat Business bersama ternyata tidak memadamkan naluri seorang traveller yang Nicho miliki, ia mengaku bahkan seringkali pergi bersama dengan teman-teman sekelompok business nya untuk sekadar refreshing atau weekend getaway.

Pemilihan destinasi untuk weekend getaway-nya juga terbilang sederhana, Nicho menjelaskan bahwa dalam kelompok jalan-jalannya ada satu orang yang biasanya menjadi pencetus untuk pergi ke destinasi-destinasi terbaru yang menarik, baru kemudian yang lain ikut mencari informasi tentang tempat tersebut di Google dan memutuskan apa mereka akan pergi ke tempat tersebut atau tidak. Apakah rekomendasi dari orang sangat berpengaruh bagi Nicho? “Rekomendasi dan Word of Mouth dari orang jelas penting banget, soalnya kita biasanya juga based on experience sih, kayak contohnya aku baru aja pulang dari liburan ke Malang, bisa dibilang jarang kan orang liburan ke Malang? Tapi berhubung temen aku ada yang baru dari sana dan seru banget, jadi dia ngajak kita jalan-jalan ke Malang, Bromo, semuanya deh.” Jelas Nicho bersemangat. Disaat orang-orang kebanyakan berbondong-bondong ingin berlibur ke Bali, Nicho justru merasa sangat puas dengan liburannya ke Malang. “Karena dia ceritanya menggebu-gebu banget, dan pas di search di Google ternyata oke juga, udah fix banget kita pasti pergi.” Tambahnya.

Berbekal kesamaan dengan teman-teman weekend getaway-nya yaitu kecintaan akan kuliner, Nicho mengaku seringkali pergi sekedar untuk makan, namun ia juga mengutarakan bahwa sebisa mungkin jika tidak ada kebutuhan mendesak, ia lebih cenderung pergi ke lokasi-lokasi lain di luar mall. Pilihannya lebih banyak tertuju pada tempat-tempat yang sedang happening seperti di Jl. Senopati dan Kemang yang menurutnya lebih nyaman dan tidak diburu-buru waktu. “Kalau di mall itu gak enaknya karena udah terbentur macet, parkirnya mahal, bawaannya juga mau cepet-cepet pulang karena ngeliat banyak yang ngantri dan nungguin kita selesai. Aku lebih suka di kafe, sambil duduk-duduk ngobrol dan bisa santai ngerjain tugas juga.” Cetusnya yang sangat terganggu dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta. Soal budget, Nicho sendiri merasa tidak keberatan dan tidak ada pembatasan apapun, kebetulan teman-temannya juga memiliki pemikiran yang sama, sehingga budget tidak pernah menjadi halangan untuknya meluangkan waktunya.

Nicho yang sering berpergian keluar Jakarta ini menganggap Jakarta sudah terlalu sumpek untuk liburan, dengan segala kemacetannya dan akses transportasi yang sulit itulah yang menjadi alasan utama bagi Nicho memilih destinasi-destinasi lain diluar Jakarta untuk memanfaatkan waktu luangnya. “Pulau Seribu sebenernya cukup bagus, dulu banyak banget yang sempet dateng ke Pulau Tidung, Pulau Macan, tapi ya dasarnya orang Indonesia begitu, sekarang jadi kotor dan gak indah lagi buat jadi tujuan liburan. Orang Jakarta sendiri yang ngerusak tempat yang sebenernya udah indah.” Keluh pria yang lebih sering mencari tempat hiburan diluar domisinya yaitu Jakarta Utara ini menanggapi destinasi di sekitar Jakarta yang kini banyak ditinggalkan masyakatnya sendiri. Selain itu, faktor reachable juga merupakan salah satu faktor utama yang dipikirkan Nicho untuk destinasi dalam kota, “Gak semua orang mau berlama-lama di transportasi untuk mencapai sebuah tempat, meskipun tempatnya bagus banget juga belom tentu pada rela, kalau aku sendiri sih tergantung tempatnya dulu, kalau bagus dan hits banget ya kenapa enggak.” Selain itu, Nicho menganggap bahwa akomodasi dan sanitasi merupakan dua hal lain yang kerap kali menjadi concern orang untuk berlibur di sekitar Jakarta, terutama pantai-pantainya.

Nicho juga berpendapat bahwa Jakarta sebenarnya dapat mencontoh tata kota Bandung yang kini memiliki beberapa taman seperti Taman Film, Taman Jomblo, dan lain-lain untuk menjadi sarana hiburan untuk menghabiskan waktu luang masyarakat Jakarta. Bahkan ia berani mengatakan bahwa cuaca panas Jakarta tidak terlalu menjadi halangan untuk mewujudkan taman-taman hiburan di Jakarta, karena taman tersebut tidak perlu melulu dikunjungi di siang hari, sore dan malam hari dapat menjadi waktu ideal untuk dapat bersosialisasi dengan orang-orang baru yang ada disana. Namun Nicho juga menyadari bahwa dengan adanya sebuah acara atau tempat baru, akan memicu kemacetan dan ‘tumpah-ruah’ di jalanan sekitarnya, terlebih jalanan protokolnya, maka itu ia mengusulkan untuk pembuatan acara-acara dan tempat-tempat baru diluar jalanan protokol agar tidak memicu kemacetan yang semakin parah.

“Dengan adanya tata kota yang lebih baik, dan sarana-sarana pendukung kayak taman-taman yang aku sebutin tadi, plus yang paling penting perbaikan perilaku dari orang Jakartanya sendiri, Jakarta pasti akan memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri kok buat menghabiskan waktu luangnya, terlebih karena di Jakarta sebenernya udah banyak juga destinasi yang gak kalah indah sama yang ada di luar Jakarta.” Tutup Nicho dengan harapan besar bahwa Jakarta dapat menjadi tujuan liburan yang lebih baik, dan keindahannya dapat diketahui bukan hanya oleh turis, namun juga oleh masyarakat lokalnya sendiri.



Written by:
Lady Andrea

0 comments:

Post a Comment